Minggu, 19 April 2015

Membuat Larutan dari zat padat dan zat cair pekat


LAPORAN PRAKTIKUM
MEMBUAT LARUTAN DARI ZAT PADAT
DAN ZAT CAIR PEKAT






Disusun oleh :

Kholifaul Khoirin        
XII IPA 2 / 14



SMA NEGERI 1 TALUN
OKTOBER 2012





KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan segala rohmat, taufik, dan hidayah–Nya, sehingga kami mampu menyelesaikan Laporan Praktikum membuat larutan dari zat padat dan zat cair pekat. Laporan yang sederhana ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Biologi.
Tugas ini dapat kami selesaikan berkat bantuan dari banyak pihak. Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik, dan saran akan kami terima dengan tangan terbuka demi perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin. 

           
 Talun, 28 Januari 2013


Tim Penyusun












BAB I
PENDAHULUAN

A.    Tujuan
Melakukan percobaan tentang membuat larutan dari zat padat dan membuat larutan dari zat zat cair yang pekat
B.     Dasar Teori
1.      Membuat larutan dari zat padat
Molaritas larutan yang dibuat dengan melarutkan zat murni padat, dihitung dengan menggunakan rumus:


 
Keterangan :
                        M         = Molaritas larutan
                        g          = Massa zat terlarut
                        Mr       = Mr zat terlarut
                        V         = Volume larutan
2. Membuat larutan dari zat cair pekat
  Molaritas larutan yang dibuat dengan mengencerkan larutan pekat, dihitung dengan menggunakan rumus:


           
                        Keterangan :
M         = Molaritas larutan
                                  = Massa jenis
                        Mr       = Mr zat terlarut











BAB II
METODE PENELITIAN

A.      Waktu dan Tempat
Eksperimen membuat larutan dari zat padat dan membuat larutan dari zat cair yang pekat ini berlangsung pada :
Hari / Tanggal  : Sabtu, 3 November 2012
Tempat                        : Laboratorium Kimia, SMA Negeri 1 Talun

B.       Alat dan Bahan
1.      Alat :
a.       Gelas ukur
b.      Labu ukur
c.       Gelas beker
d.      Corong
e.       Pengaduk larutan
f.       Neraca
g.      Sendok
h.      Mangkuk
i.        Kaca arlogi
j.        Botol semprot

2.      Bahan :
a.       NaCl
b.      Air
c.       Larutan x

C.     Cara kerja
1.      Eksperimen pertama
Membuat larutan dari zat padat
NaCl 0,2 M sebanyak 250 ml (Mr NaCl : 58,5)

a.       Menentukan massa NaCl yang akan ditimbang
 

 
 
b.      Meletakkan NaCl di atas kaca arlogi lalu timbang dengan neraca sesuai massa NaCl yang telah ditentukan
c.       Menuangkan NaCl yang telah ditimbang ke dalam gelas beker, lalu kita larutkan dengan air 100 ml
d.      Aduk NaCl sampai larut, lalu kita tuangkan ke dalam labu ukur dengan bantuan corong
e.       Tuangkan kembali 150 ml air pada larutan NaCl.
f.       tutup labu ukur dan kocok 2x (bagian tutup berada di atas lalu balik menjadi di bawah, dan balik lagi sehingga tutup berada di atas lagi)

2.      Eksperimen kedua
Membuat larutan dari zat cair yang pekat
Larutan x sebanyak 250 mol 4 M dari larutan x 98%, massa jenisnya 1,8   (Mr=98)

a.       Menentukan M (molaritas) dan volume larutan x
Dik :          mol        = 250 mol
                  M2          = 4 M
                  %         = 98%
                            = 1,8
                  Mr       = 98

M1 . V1 = M2 . V2

b.      Mengambil larutan x sebanyak 55,5 ml pada gelas ukur
c.       Tuangkan air 100 ml pada gelas beker
d.      Selanjutnya letakkan pengaduk larutan di dalam gelas beker yang berisikan 1000 ml air
e.       Tuangkan larutan x secara perlahan dengan perantara pengaduk larutan, hal ini meminimalisir terjadinya ledakan apabila larutan x langsung dituang dalam air
f.       Apabila sudah tercampur antara larutan x dan air, maka masukkan ke dalam labu ukur dengan bantuan corong
g.      Selanjutnya, tuangkan air sampai batas 250 ml pada labu ukur
h.      Jika sudah, tutup labu ukur dan kocok 2x (bagian tutup berada di atas lalu balik menjadi di bawah, dan balik lagi sehingga tutup berada di atas lagi)



BAB III
KESIMPULAN

            Pada eksperimen pertama dapat disimpulkan bahwa molaritas larutan (M) berbanding lurus dengan massa zat terlarut dan berbanding terbalik dengan hasil kali dari Mr zat terlarut dan volume zat campuran.
            Lalu pada kedua pengenceran menyebankan volume dan kemolaran larutan berubah, tetapi jumlah mol zat terlarut tidak berubah. Karena pengenceran tidak berubah mol zat terlarut, maka n1 . n2 atau M1 . V1 = M2 . V2






















Minggu, 12 April 2015


LAPORAN PRAKTIKUM
REAKSI REDOKS SPONTAN
DAN TIDAK SPONTAN






Disusun oleh :

Kholifaul Khoirin        
XII IPA 2 / 14



SMA NEGERI 1 TALUN
OKTOBER 2013





KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan segala rohmat, taufik, dan hidayah–Nya, sehingga kami mampu menyelesaikan Laporan Praktikum Reaksi redoks spontan dan tidak spontan.
            Laporan yang sederhana ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Kimia
Tugas ini dapat kami selesaikan berkat bantuan dari banyak pihak. Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik, dan saran akan kami terima dengan tangan terbuka demi perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin. 

           
 Blitar, 15 Oktober 2013


Penulis









DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.     Tujuan …………………………………………………………………………………….. 1
B.     Dasar Teori ……………………………………………………………………………….. 1
BAB II METODE PENELITIAN
A.     Waktu dan Tempat ……………………………………………………………………..… 3
B.     Alat dan Bahan……………………………………………….…………………………... 3
C.     Cara Kerja …………………………………………………………………………..….… 3
BAB III HASIL PENELITIAN
A.     Hasil Pengamatan ………………………………………………………………………… 4
B.     Pertanyaan ………………………………………………………………………………... 5
C.     Pembahasan………………………………………………………...................................... 5
Lampiran ……………………………..…………………………………………………… 7






  
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Tujuan
Siswa dapat membedakan reaksi redoks spontan dan tidak spontan

B.     Dasar Teori
Sejumlah reaksi yang mana keadaan oksidasinya berubah, yang disertai dengan pertukaran elektron antara pereaksi disebut sebagai reaksi oksidasi-reduksi atau kependekannya disebut reaksi redoks. Istilah oksidasi diterapkan untuk proses-proses dimana oksigen diambil oleh suatu zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil dari dalam suatu zat . Atau dengan kata lain oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan  hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam zat (atom,ion atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah zat yang memperoleh elektron, dan dalam proses itu zat tersebut direduksi. Berlaku untuk zat padat,lelehan maupun gas.
Reduksi adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya satu elektron atau lebih oleh zat (atom, ion, atau molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif. Jadi, suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dalam proses ini zat tersebut dioksidasi. Berlaku untuk zat padat,lelehan maupun gas.
Oksidasi dan reduksi selalu berlangsung serempak, karena elektron yang dilepas oleh suatu zat harus diambil oleh zat yang lain. Jadi, proses-proses oksidasi dan reduksi berubah menjadi hasil reaksi, contohnya ketika suatu logam dicelupkan dalam larutan garam yang mengandung ion logam lainnya, ada kemungkinan terjadi redoks berikut :
L (s) + A+ (aq) è L+ (aq) + A (aq)
Reaksi dapat berlangsung apabila logam L lebih mudah mengalami oksidasi disbanding logam A, atau logam A lebih mudah mengalami reduksi dibanding logam L. Pada suatu reaksi redoks zat mereduksi zat lain disebut oksidator, sedangkan zat yang mengoksidasi zat lain disebut reduktor.
Reaksi  redoks yang terjadi oleh suatu spesi disebut disproporsionasi atau reaksi autooksidasi. Spesi ini mengandung unsur yang mempunyai bilangan oksidasi di antara bilangan oksidasi tertinggi dan terendah yang saling bereaksi satu sama lain.
Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang berkenaan dengan interkonversi energi listrik dan energi kimia. Proses elektrokimia adalah reaksi redoks (oksidasi-reduksi) dimana dalam reaksi ini energi yang dilepas oleh reaksi spontan diubah menjadi listrik atau dimana energi listrik digunakan agar reaksi yang nonspontan bisa terjadi. Dalam reaksi redoks, elektron-elekron ditransfer dari satu zat ke zat lain.

















BAB II
METODE PENELITIAN

A.    Waktu dan Tempat
Eksperimen sel volta ini berlangsung pada :
Hari / Tanggal             : Rabu, 2 Oktober 2013
Tempat                        : Laboratorium Kimia, SMA Negeri 1 Talun

B.     Alat dan Bahan
Alat :
1.          Rak tabung reaksi
2.          Tabung reaksi
3.          Pipet
4.          Amplas

Bahan:
1.          Lempeng logam seng
2.          Lempeng logam tembaga.
3.          lempeng logam magnesium
4.          Larutan CuSO4 1 M
5.          Larutan ZnSO4 1 M
6.          Larutan HCl 1 M






C.     Cara Kerja.
1.    Mengamplas lempeng logam seng, tembaga, dan aluminium hingga bersih, kemudian menggunting logam tersebut berukuran 2 x 0,5 cm, masing-masing untuk logam seng 3 potong, logam tembaga 3 potong, dan logam aluminium 4 potong.
2.    Menyiapkan 10 tabung reaksi yang bersih dan beri nomor 1 sampai 7. Kemudian mengisi 10 tabung tersebut sebagai berikut
                                                              i.      Tabung nomor 1 dan 2 : diisi dengan larutan CuSO4 masing-masing kira-kira 4 ml
                                                            ii.      Tabung nomor 3 dan 4 : diisi dengan larutan ZnSO4 masing-masing kira-kira 4 ml
                                                          iii.      Tabung nomor 5, 6 dan 7 : diisi dengan larutan HCl masing-masing kira-kira 4 ml
3.    Memasukkan potongan logam seng ke dalam tabung nomor 1, 5 dan 7; Potongan logam tembaga dimasukkan dalam tabung nomor 3 dan 6; potongan logam aluminium dimasukkan ke dalam tabung nomor 2,4 dan 7.
4.    Mencatat semua perubahan yang terjadi maupun tidak terjadi.


BAB III
HASIL PENELITIAN

A.      Hasil Pengamatan
Dari penelitian diatas, dihasilkan data dari setiap percobaan sebagai berikut :

CuSO4 (aq)
1
2
Warna larutan
Biru
Biru
Logam yang ditambahkan
Zn
Al
Perubahan setelah penambahan logam
logam Zn berubah menjadi abu-abu dan selanjutnya berubah menjadi berkarat, terdapat gelembung
Warna: berubah menjadi keruh terkena kikisan, Mg bergerak naik-turun dan mengendap coklat
Suhu
31o

34 o
37,5 o



ZnSO4 (aq)
3
4
Warna larutan
Bening
Bening
Logam yang ditambahkan
Cu
Al
Perubahan setelah penambahan logam
Warna : Tetap

Tidak ada reaksi
Warna: tetap bening, ada gelembung. Terjadi sedikit reaksi dan berlangsung lama
Suhu
29 o

29 o
29,5 o



HCl (aq)
5
6
7
Warna larutan
Bening
Bening
Bening
Logam yang ditambahkan
Zn
Cu
Al
Perubahan setelah penambahan logam
Warna berubah putih. Banyak gelembung. Terjadi reaksi cepat, logam berubah hitam
Warna : Tetap

Tidak terjadi reaksi
Warna: putih keruh, ada gelembung. Reaksi sangat cepat.

Mg larut dan tidak mengendap.
Suhu
29 o

31 o
30 o
29 o

B.     Pertanyaan
1.          Kesimpulan apa yang anda peroleh pada percobaan diatas?
2.          Pada tabung manakah terjadi reaksi redoks spontan dan pada tabung manakah tidak terjadi reaksi?
3.          Tuliskan persamaan reaksi untuk reaksi yang berlangsung spontan!
4.          Susunlah ketiga logam tersebut (Zn, Al, Cu) sesuai dengan urutan makin mudah mengalami reduksi!

C.     Pembahasan
1.          Apabila suatu logam direaksikan dengan larutan dan logam tersebut mengandung sel elektrokimia positif (+), maka akan terjadi proses oksidasi dan reduksi atau mengalami reaksi redoks spontan. Dan sebaliknya, nilai E0 negatif (-) berarti reaksi berlangsung nonspontan.
Reaksi spontan dapat terjadi apabila Logam yang berada di sebelah kiri dalam deret volta dapat bereaksi dengan larutan yang mengandung logam di sebelah kanan deret volta. Reaksi spontan dapat ditandai dengan adanya perubahan suhu, warna logam dan/atau larutan dan ada tidaknya gelembung.

2.          Reaksi Redoks spontan                  : tabung nomor 1, 2, 5 dan 7
Reaksi Redoks tidak spontan          : tabung nomor 3, 4 dan 6

3.          Dari percobaan diatas, reaksi yang berlangsung spontan memiliki persamaan reaksi sebagai berikut:

                                                              i.      Zn (s) + CuSO4 è ZnSO4 (aq) + Cu (s)                    (Reaksi redoks spontan)

                                                            ii.      Mg (s) + CuSO4 è MgSO4 (aq) + Cu (s)                 (Reaksi redoks spontan)


                                                          iii.      Cu (s) + ZnSO4è

                                                          iv.      Mg (s) + ZnSO4 è MgSO4 (aq) + Cu (s)                 (Reaksi redoks spontan)


                                                            v.      Zn (s) + HCl è ZnCl2 (aq) + H2 (g)                            (Reaksi redoks spontan)

                                                          vi.      Cu (s) + HCl è

                                                        vii.      Mg (s) + HCl è MgCl2 (aq) + H2 (g)                          (Reaksi redoks spontan)


4.          Untuk mengetahui reaksi redoks spontan atau tidak juga bisa dilihat dalam deret keaktifan logam yaitu :
Li K Ba Ca Na Mg Al Mn (H2O) Zn Cr Fe Ni Co Sn Pb (H) Cu Hg Ag Pt Au, semakin kekanan maka potensial reduksinya semakin meningkat sehingga semakin mudah untuk direduksi, dan semakin ke kiri makin mudah untuk dioksidasi.
Sehingga, berdasarkan energy potensial dalam deret volta tersebut didapatkan urutannya sebagai berikut (dari reduksi terbesar) :
Cu, Zn, Al
Elektroda acuan untuk mengukur potensial elektroda dipilih elektroda hidrogen baku. Potensial elektroda standar suatu elektroda diberi nilai positif bila elektroda ini lebih positif dari  pada elektroda hidrogen standar, dan tandanya negatif bila lebih negatif daripada elekrtoda hidrogen standar.